Merpati Dipucuk Ilalang
Senja
bergeser perlahan,namun pasti. Mentari memamerkan rona merahnya yang membius
ratusan insan. Pengagum
keindahan.mentari bukanlah hal asing. Bahkan dalam situasi tertentu ,semisal orang
berjalan disiang bolong,oraang bahkan mengutuknya . panas. Teriknya memanggang tubuh,tapi memandang
mentari yang perlahan menuju peraduan ,dengan rona merahnya yang lembut adalah
dambaan setiap jiwa yang memahami arti sebuah keindahan. Seperti halnya senja
itu,ratusan orang telah berjejer ditepi pantai pasiir.Ratusan pasang mata tak
sabar menanti,menanti senja di pantai kute dengan pemandangan istimewa:
“mentari senja yang perlahan mengubur diri dari tapal batas pertemuan langit
dan samudra”. Semuanya adalah mata-mata
terlatih,yang peka terhadap keindahan. Tidak seperti aku,aku bukan
pengagum,apalagi pemuja keindahan. Kalau aku berada ditepi pantai senja
itu,hanylah kebetulan. Tidak ada sangkut
pautnya dangan keindahan,sunset di pantai itu.kakiku melangkah
kesana,hanylah dorongan rasa iba. Demikianlah keberadaanku disana senja itu hanyalah bentuk solidritas
terhadap sebuah hati tulus yang dicabik sembilu keangkuhan. Karna itu ketika
semua mata terpaku pada adegan alam itu,aku dan sinta tenggelam dalam adegan
kami sendiri.
Sinta
masih terisak. Kepalanya yang terselubungkan rambut hitam terurai sepinggang
masih bersandar di dadaku. Kubiarkan saja air matanya membasahi kemejaku. Tak
ada yang berkata. Hanyalah isakan sinta di selah desiran angin senja yang
menggoyang dedauna lontar. Jauh disana,samudra bergelora,permukaan yang datar
bergoncang membentuk gulungan ombak yang
bergemuruh.
Isakan sinta yang menggalang
kekuatanpun tenggelam dalam gemuruhnya yang mempesona,namun terkadang garang.
Penuh misteri. Pikiranku menerawang jauh,melampaui luasnya samudra yang
membentang telanjang dihadapanku.. khayalanku melewati rentangan panjang waktu
,berpuluh-puluh tahun.pada saat tahapan usia yang kulewati bersama
sinta,tetanggaku,teman sepermainan kala kecil,mawar indah yang pernah menghiasi
taman hidupku.
Lamunanku
tidak melewati begitu saja kisah kelam perpisahan kami. Ini terjadi ketika kami
sama-sama remaja dimasa SMA.beginilah kisahnya. Ayahku yang kian menanjak
kariernya difitnah rekan-rekannya yang termakan iri hati. Beliau dituduh
terlibat dalam sebuah kasus”penggelapan dana” dan setelah melewati proses
penyelidikan dan pengggadilan yang sarat manipulasi ,beliau divonis sepuluh
tahun penjara. Kegelapan mulai merambah keluarga kami. Dirumah,para tetangga menjauhi kami. Orang tua sinta,yang pling akrabpun menutup pintu
bagi kami. Disekolah,kami dikucilkan oleh teman-teman. Begitulah kebiasaan
masyarakat kita. Yang divonis bersalah oleh ;lembGa hukum Negara,otomatis dianggap
bersalah. Orang tidak peduli apakah proses pengadilan itu fair atau sarat
manipulasi. Orang yang salahpun gampang dikucilkan dari pergaulan. “yang
bersalah patut dihukum.”
Atau “gigi ganti gigi,mata ganti
mata”.padahal agama mengajarkan kasih.manusia harus mengasihi sesamanya,bahkan
yang bersalah sekalipun.tetapi terjadi sebaliknya.orang lupa bahwa menerima dan
memaafkan sesama yang bersalah adalah kasih sejati dan orang bisa menyadari
kesalahannya dan bertobat apabila merka dirangkul denngan kasih.kugigit bibir
sendiri ketika memandang kegetiran itu.kala itu,hanya sinta yang mau medengar
dan memahami semua penjelasaku. Karna ia tidak ikut-ikutan menjauhiku. Aku lalu
berpikir,seandainya orang saling terbuka
untuk saling mendengarkan,maka akan ada saling memahami,sebab
keterbukaan membuka jalan pada penyelesaian persoaalan,betapapun
rumitnya.Begitulah kisah tragis yang memisahkan Aku dan sinta. Ayah dan ibunya
memarainya habis-habisan,ketika ia melanggar larangan mereka untuk tidak begaul
denganku,pernah sekali aku kerumahnya untuk menjelaskan masalah yang
sebenarnya,tapi aku malah diussir bagai pecuri.
“aku
tidak sudi anakku berteman dengan anak kuruptor”,begitulah ibunya
mengusirku.sejak saat itu aku tidak pernah menginjak rumahnya lagi. Tapi tak
ada yang mampu menghalangi cinta tulus aku dan sinta.
Masa belajar kami di SMA berakir,aku
mendaftaar disebuah perguruan tinggi ,sedangkan sinta?,ia berada sepenuhnya
digenggaman ibunya. dan sejak saat itu tak sekalipun aku melihatnya. hingga
pertemuan mengharukan siang tadi .itupun kebetulan aku sedang mengantri untuk
mengisi bensin motorku,ketika sebuah sedan abu-abu yang berhenti
disampingku,aku tak menyangka wanita muda dibalik kemudi mobil itu adalah
sinta.akupun hampir tak mengenalinya,kalau bukan ia yang lebih dahulu menegurku
. Ia memang banyak berubah,tinggal kulit pembumhkus tulang,wajahnya pucat.aku
mengutuk pertemuan celaka ini,yang
mengorek kembali luka hati ini yang mulai sembuh dan melemparkan aku
kembali kedasar jurang kegetiran nan dalam.Tetapi lewat pertemuan ini ahirnya
kutahu kehidupan sinta yang getir selama perpisahan kami. Selama ia mengarungi
bahtra perkawinan dengan seorang
pengusaha kaya di ibu kota negri ini.
Lamunanku
berhenti ketika suara sinta memecah kesunyain pantai kute yang kini sepi.
Ar,pulang yukk,,katanya sambil
mengusap air mata dan meraapikan rambutnya yang diobrak-abrik angin nakal. Aku
membimbing tangannya ke mobil,perjalanan pulang bagaikan menghantar jenazah
menuju pemakaman,tak ada sepatah kata terucap dari bibirku maupun
sinta,hanyalah deru mesin dan gerimis bulan desember yang jatuh diatap
mobil.sinta menatapku tanpa kata,rupanya ia tidak menginginkan perpisahan
ini,ia ingin terus bersamaku. Dua bulir embun bergulir di dua pipinya yang
merona.
Ry,bisakah
kita betemu lagi??
Kuusap air mata yang kian deras
mengucur.maka kuberikan padanya sebuah kasih tulus yang didambakanya selama
ini, dan,,,,ia menikmatinya……
Aku
kembali kerumah dengan hati tercabik,luka-luka lama berdarah lagi. Kulemparkan
diriku ketempat tidur,kubenamkan wajahku pada bantal. Kuterlelap dalam mimpi.
Mimpi tentang merpati dipucuk ilalang,tentang diriku yang mau menjadi
persinggahan bagi dia,tempat dimana ia mendapat kebahagiaan,kedamain dan
ketentraman. Tetapi apalah artinya sebatang ilalang bagi seekor merpati????
Betapapun tegarnya ia,hanyalah
kesia-siaan bila dihinggapi seekor merpati. Ia akan patah dan merpati pun
terkapar ditanah***
Denpasar 12 desember 2012
Komentar
Posting Komentar